Besar dan Kecil, Kita dan Orang Lain (bagian 1)


Logo Logo beberapa BUMN
Ternyata, banyak hal yang menurut kita itu besar tapi sesungguhnya kecil menurut orang lain. 
Ternyata ada banyak hal yang menurut kita kecil tapi besar menurut orang lain.
Ternyata memahami manusia lebih sulit dari pada memahami elektron.
(Dari update status FB ku beberapa bulan yang lalu)


" Aku lebih bangga jadi Pengangguran dari pada Jadi Pegawai BUMN"
Percaya atau tidak, saya benar benar pernah mendengar pernyataan seperti itu dari salah seorang temanku. Bila difikir fikir, parah juga pernyataan salah seorang temanku itu. Dia sekarang adalah pegawai di salah satu BUMN besar dengan gaji yang besar pula. Konon dalam setahun BUMN itu bisa memberi gaji kepada pegawainya sampai 30 kali. Mungkin jutaan orang Indonesia hanya bisa bermimpi untuk dapat menjadi kariawan di perusahaan itu. Tapi kok bisa temanku ini sebegitu tidak bersyukur, bahkan dia sampai mengeluarkan statemen seperti itu. Memang setahuku, dia sangat ingin melanjutkan kuliah S2 di luar negeri, tapi karena untuk kuliah S2 di Perguruan Tinggi bergengsi di luar negeri dengan beasiswa itu tidak mudah, sehingga lebih dari 6 bulan dia menganggur, sehingga orang tuanya memintanya untuk segera bekerja. Dan akhirnya dia meninggalkan perusahaan itu dengan denda puluhan juta rupiah hanya untuk sekedar menjadi mahasiswa (lagi) karena diterima S2 di salah satu Perguruan Tinggi di negeri Sakura.

Blog Teman

 Berikut adalah daftar blog atau website pribadi para teman teman, guru guru, dosen dosen, ustad ustad saya.
Berisi cerita cerita inspiratif, opini opini dari sudut pandang berbeda, pengalaman hidup yang luar biasa, dan berbagai tulisan lain yang insyaAllah bermanfaat.
Silahkan dikunjungi. :D

Adian Husaini 
Fathurrahman Kamal
Fikri Waskito
Ahmad Tukiran Maulana
Salim A. Fillah 
Sunu Wibirama
Eka Firmansyah 
Igi Ardiyanto
Astria Nur Irfansyah
Lukito Edi Nugroho
Suning Kusumawardani 
Fajar Budi Suryawan
Rifqi Ikhwanuddin
Jupri Supriyadi 
Praja Firdaus 
Dimas Agil 

Keinginan, Rasa Syukur, dan Kebahagiaan


foto dari republika.co.id


Kita tidak akan bahagia karena keinginan kita, namun kita bahagia karena rasa syukur kita (Aa Gym)

Dulu di kelas 6 SD, tentu kita dan tentunya orang tua kita sangan INGIN kita lulus Ujian Nasional, bahkan kalau bisa lulus dengan nilai yang memuaskan. Sehingga dengan nilai yang memuaskan itu dapat digunakan untuk mendaftar di SMP yang baik. Diterima sebagai siswa SMP yang terbaik di kota merupakan suatu kebanggaan dan kebahagiaan yang menjadi mimpi kita dan orang tua kita dahulu.

Namun ketika diterima di SMP yang baik, ternyata keinginan kita dan orang tua kita tidak cukup sampai disitu. Kita INGIN ketika di SMP tersebut kita dapat berprestasi, menorehkan sesuatu yang membangkakan keluarga, dan tentunya dapat lulus dengan nilai yang memuaskan (lagi) dan dapat diterima di SMA yang baik tentunya.

Ketika sudah diterima di SMA yang baik, ternyata hal tersebut masih berulang, kita dan orang tua kita INGIN agar kita diterima tidak hanya di universitas yang favorit, tapi juga jurusan yang “dianggap” memberikan masa depan yang baik untuk kita nanti. Sehingga tidak sedikit biaya, waktu luang dan berbagai pengorbanan lain yang dikeluarkan untuk mencapai hal tersebut. Mulai dari ikut pelajaran tambahan di berbagai LBB, membeli bertumpuk tumpuk buku contoh soal tahun tahun sebelumnya, bahkan rela mengorbankan waktu luang dan bersantai.

Ketika sudah diterima di PTN favorit, ternyata tantangan dan keinginan bukanya sudah selesai, namun justru ke-INGIN-an dan cita cita yang ingin dicapai menjadi semakin tinggi. Dulu di SMA tidak pernah berfikir tentang berbagai lomba dan organisasi yang dapat diikuti di Universitas, namun ketika kuliah tidak hanya ingin mengikuti berbagai lomba dan organisasi tersebut, tapi juga ingin menorehkan prestasi di berbagai lomba lomba dan organisasi yang ada di Universitas. Ketika SMA tidak terlalu difikirkan mau bekerja dimana setelah lulus dari PTN tersebut, namun ketika tahun akhir kuliah, justru sudah mulai pasang target kemana setelah lulus, dan bahkan apa yang sudah dapat diraih di sekian tahun kedepan. Tidak sedikit yang mencoba berwiraswasta dengan mimpi dan keinginan yang justru lebih tingginya dengan yang hanya berharap diterima di instansi tertentu paska lulus kuliah.

Relatifnya Standar

Logo Standar Nasional Indonesia
Bagi sebagian masyarakat yang sangat kekurangan, dapat mengetahui apa yang dapat dimakan di hari esok adalah sebuah hal yang tidak setiap hari mereka rasakan. Begitu berat beban kehidupan bagi mereka, sehingga dalam hal pendidikan, ketika dapat menyekolahkan anak hingga SMA saja sudah merupakan prestasi yang membanggakan.

Bagi sebagian masyarakat yang lain, ketika pendidikan tinggi merupakan keharusan. Bisa jadi ketika anaknya tidak dapat diterima di PTN top 5 saja sudah merupakan hal yang sangat memalukan baginya. Sehingga mereka rela mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk memberikan pelajaran tambahan kepada anaknya atau memilihkan sekolah yang terbaik sejak kecil untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anaknya.

Relatifnya standar

Bagi sebagian masyarakat, dapat memperoleh pekerjaan saja merupakan hal yang membanggakan. Tidak sedikit jumlah pengangguran bahkan pengangguran berpendidikan di negara ini. Begitu susahnya mencari pekerjaan bahkan bekerja 10 jam sehari hanya dengan gaji yang hanya cukup untuk membeli makan mau mereka kerjakan.

Bagi sebagian masyarakat yang lain, ketika masalah papan sandang dan pangan sudah bukan lagi hal yang membebani, apa yang difikirannya sudah bukan lagi apa yang dimakan di hari esok. Tapi menjadi mobil apa yang akan dibeli di hari esok. Punya Avanza merasa tidak puas, sehingga ganti Innova. Karena temannya ada yang membeli CR-V baru, dia ingin pula membeli yang baru. Ketika melihat Alphard di showroom maka mobil mahal itu terbeli juga.
Powered by Blogger.

Mutiara Hikmah

Yang Sedang Banyak Dibaca

Shout Box

Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x

Sahabat Bloggerku

Komentar Komentar Terbaru

International opportunities

Eramuslim

Web hosting for webmasters