Tentang Blog ini

ahmadhelmy.blogspot.com adalah blog pribadi milik saya, Ahmad Helmy Waliyullah, seorang pemuda yang sedang belajar dan berusaha untuk membagikan apa yang telah dipelajarinya. Blog ini dibuat sebagai upaya pribadi untuk dapat membagikan pemikiran di kepala saya agar tidak hanya menjadi angan angan kosong yang tidak berarti di kepala saya.

Blog ini berjudul "Belajar Memahami Makna Kehidupan", sehingga isi dari blog ini adalah hasil belajar saya terhadap berbagai aspek kehidupan dan mencoba memaknainya dan membagikanya di blog ini. Kehidupan yang saya maksud adalah kehidupan saya sebagai seorang pelajar, warga masyarakat, warga negara, dan tentunya kehidupan saya sebagai seorang muslim yang harus selalu berlandaskan Al Quran dan Hadits dalam setiap hal, termasuk dalam permuatan blog ini. Namun, keterbatasan saya sebagai manusia tentu hanya dapat membagikan hal hal yang terbatas yang saya mampu dan tau, sehingga blog ini hanyalah sebagian kecil dari makna kehidupan yang begitu luas dan kompleks.

ahmadhelmy.blogspot.com berisi opini, tanggapan, dan pemikiran saya terhadap berbagai hal yang muncul di masyarakat, juga yang saya harapkan dapat muncul di masyarakat, yang seharusnya diketahui oleh masyarakat. Blog ini juga memuat kisah pribadi saya atau orang orang disekitar saya yang saya harap dapat memberikan inspirasi bagi para pengunjung. Tidak jarang juga saya mem-posting beberapa hal yang menurut saya menarik, baik itu berasal dari tugas tugas kuliah, atau bahkan sekedar copy paste dari berbagai media.

Karena blog ini adalah blog pribadi saya maka semua isi dan pernyataan yang ada didalamnya berasal dari pemikiran pribadi saya. Blog ini tidak berhubungan dengan lembaga, organisasi atau kelompok manapun, juga termasuk dengan lembaga, organisasi atau kelompok yang saya tergabung didalamnya. Sehingga isi dan atau pemikiran yang ada di dalam blog ini tidak selalu mencerminkan lembaga, organisasi atau kelompok manapun yang saya tergabung didalamnya.

Tentu besar harapan saya agar blog ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pengunjung dan juga kemajuan masyarakat secara luas. Karena blog ini hanyalah buatan manusia, tentu banyak kesalahan, banyak kekurangan didalamnya, tidak seperti Al Quran yang pasti terjaga dan dijamin keaslianya oleh Allah. Sehingga kritik dan saran yang membangun sangat saya tunggu untuk membuat blog ini semakin baik dan bermanfaat.


Administrator




Ahmad Helmy Waliyullah

Kamu, lu, koe, sampeyan, dirimu, you, atau antum?

(Sebuah analisis bahasa tanpa literatur yang jelas dan sangat subjektif)

Artinya sama kan? iya, emang semua kata tersebut bermanka sama, kata bu guru bahasa Indonesia, kata kata tersebut adalah sama sama kata ganti orang kedua. Tapi meskipun maknanya sama, seringkali saya menemukan berbagai orang yang bingung memilih kata apa yang tepat untuk digunakan ketika sedang bercakap cakap. Mungkin kamu juga pernah merasakanya.

Seringkali ketika bercakap cakap, ada orang yang biasa menggunakan kata kamu, tapi karena lawan bicaranya menggunakan kata lo (dan gue), maka kemudian baik orang pertama dan kedua akan sama sama kikuh, karena "kamu" dibalas dengan "lo", dan "lo" dibalas dengan "kamu". Beberapa indikator paling jelas kalau mereka sedang kikuh adalah ketika mereka tau kalau ada perbedaan penggunaan kata ganti orang kedua maka mereka:
1. Mengucapkan kata ganti dengan lebih pelan (bisa karena ragu, kikuh, dll)
2. Mengucapkan kata ganti yang berbeda; misal dari "lo" ke "kamu", atau sebaliknya.
3. Menunda sekian detik sebelum mengucapkan kata ganti; bisa karena gak enak atau karena berfikir.
4. Menggunakan kata ganti yang kaku atau kurang lazim, misal "dirimu"

Ternyata penggunaan kata ganti ini juga menimbulkan kesan tersendiri, ada yang menimbulkan kesan romantis, agamis, atau bahkan angkuh. Berikut adalah kesan yang ditimbulkan penggunaan kata ganti secara sosiologi menurut pengamatan saya (nah!! saya juga mulai bingung menggunakan kata ganti orang pertama, pakai "saya", "aku", atau "ane"; karena dalam percakapan sehari hari tiga kata ini yang sering; atau mungkin selalu kugunakan). Berikut analisisnya :

Aku dan Kamu; Bagi orang Jawa (jawa timur, jawa tengah) mungkin menggunakan aku dan kamu ketika berbicara dalam bahasa Indonesia adalah hal yang biasa. Tidak ada kesan spesial yang ditimbulkan ketika menggunakan kata ganti aku dan kamu, tapi bagi orang jawa barat dan sekitarnya penggunaan Aku dan Kamu konon bisa memunculkan kesan romantis. Saya jadi ingat cerita teman saya yang asli Jogja (Cowok) ketika mengikuti suatu kegiatan mahasiswa yang diadakan oleh salah satu perusahaan Otomotif di Jakarta. Kegiatan itu diikuti oleh berbagai Kampus di Indonesia, sehingga disana ditemui juga mahasiswa dari Jakarta dan Bandung. Ketika dia ngomong dengan cewek (yang kebetulan orang Jakarta) dengan menggunakan kata ganti aku dan kamu,
si cewek bilang, "eh lo kok ngomongnya romantis banget sih"; GLODAK!!! temanku jawab, "Romantis dari mananya!?",
Ceweknya bales lagi, "habisnya lo manggil gue nya pake kamu segala sih".

Gua dan Lu; Kalau kita nonton TV yang bersetting anak muda Jakarta, kata ganti ini yang hampir selalu digunakan. Ya... memang karena kata ganti ini banyak di pakai di sekitar jawa barat. Tapi, entah kenapa, bila mendengar orang menggunakan kata ganti ini ketika bercakap cakap di kampus (kebetulan kampus saya di Jogja), rasanya kok terasa aneh dan muncul kesan angkuh. Walaupun tentu orang yang menggunakan kata ganti ini tidak berniat untuk angkuh, tapi menurut sebagian besar mahasiswa Jawa yang saya kenal, penggunaan kata ganti "Gua" dan "Lu" menimbulkan kesan angkuh.

Koe dan sampeyan; dua kata ganti orang kedua dari bahasa Jawa ini sama sama berarti "kamu" dalam bahasa Indonesia. Namun, entah kenapa saya lebih nyaman menggunakan kata sampeyan ketimbang koe ketika ngobrol dengan bahasa Jawa (bahkan terkadang juga dalam bahasa Indonesia). Rasanya tabu dan bagiku terkesan kasar menggunakan kata Koe. Kalau tidak salah, dulu pernah kudengar (pas masih kecil), "koe" itu artinya anak dari monyet. Entah benar atau salah, yang jelas hal itu yang membuatku menjadi tidak nyaman menggunakan kata ganti koe dalam bercakap cakap. Kata "sampeyan" lah yang sejak kecil dibiasakan dikeluargaku. Namun, di rumah seringkali kata "sampeyan" disingkat menjadi "pean" atau "mean"; walaupun hanya disingkat, tetapi entah kenapa bila ada orang yang menggunakan kata "pean" atau "mean" ketika berbicara denganku terasa lebih dekat dan hangat. Mungkin karena kata "mean" lah yang kugunakan untuk berbicara dengan orang orang terdekatku sejak kecil (bapak, ibuk, adik dan beberapa sepupu-sepupu).

Dirimu dan You; Dua kata ganti orang kedua yang paling tidak nyaman untuk kudengar bila digunakan dalam suatu kalimat atau percakapan dalam bahasa Indonesia atau bahasa Jawa. Bila ada orang yang menggunakan dua kata itu, entah kenapa muncul kesan kurang akrab sehingga komunikasi menjadi kurang nyaman. Terlebih kata ganti "Dirimu", sering kudengar bila seseorang memiliki masalah dalam menentukan kata ganti yang pas ketika berkomunikasi. Kalau "you", entah kenapa, rasanya ndak pas banget ketika kata itu digunakan dalam kalimat berbahasa Indonesia atau bahasa Jawa. Tapi entah kenapa ada juga beberapa orang yang masih sering menggunakanya.

Ana, ane, anta dan antum. Keempat kata ganti orang dari bahasa arab (kecuali ane yang "di-arab2kan) yang sering digunakan oleh kalangan sholeh (atau sok sholeh). Sehingga dengan menggunakan kata ganti ini muncul kesan sebagai orang yang sholeh (atau golongan sholeh, atau golongan orang yang dianggap sholeh, atau bahkan dari golongan ormas Islam atau bahkan parpol Islam tertentu). Ana dan ane bermakna sama yakni saya. Tapi, saya rasanya lebih nyaman menggunakan kata ane ketimbang ana (biasanya sih kugunakan ketika bersama komunitas orang2 sholeh). Mungkin karena kata ane, masih terkesan ke arab arab-an namun tidak terlalu memunculkan kesan sok sholeh dan bahkan kata ane sekarang banyak digunakan di bahasa online, utamanya karena dipopulerkan oleh para KASKUS-esr beberapa tahun terahir. Sedangkan kata ana, lebih memunculkan kesan sholeh, sehingga saya kurang nyaman menggunakanya, munkin karena masih murni bahasa Arab dan nyatanya hanya dipakai oleh orang orang yang sholeh atau sok sholeh tadi, maksud saya sangat jarang dipakai di bahasa lain (seperti ane yang dipakai komunitas Internet atau kaskus-ers misalnya).

Akhirnya, sebagai penutup saya ingin menyatakan bahwa analisis ngawur ini adalah analisis tanpa dasar teori yang jelas dan data yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Hanya berdasarkan analisis personal saya berdasar pengalaman pribadi saja. Semoga bermanfaat.

Maaf Saya yang Salah.

Pernah kamu mengucapkan kalimat ajaib itu? Kalimat yang terkesan remeh, orang yang mengucapkan seolah adalah loser, adalah orang yang salah dan kalah, yang mengucapkan hanyalah orang orang yang menjadi peran pembantu dalam suatu event kehidupan, gak layak banget lah disebut pemimpin. Tapi bagiku, 4 kata itu adalah kata yang keren dan ajaib. Dan orang yang bisa mengucapkanya adalah orang yang keren, bahkan ajaib. Kuamati, dalam berbagai hal dan event, baik itu diskusi, rapat, atau bahkan dalam kehidupan sehari hari, semakin jarang ada orang yang begitu dewasa dan gentle sehingga berani mengucapkan kalimat yang hanya terdiri dari 4 kata tersebut. Maaf saya yang salah.

Kalau meminta maaf ketika semua orang sudah tau kalau kita yang salah, misal kita ketahuan mencuri, mencontek, atau melakukan kesalahan yang lain, terus kita minta maaf. Oh.... itu biasa, dan bagiku itu sangat biasa, dan tidak ajaib. Kalau sampai orang yang jelas jelas salah terus tidak minta maaf, itu benar benar naudzubillah. Dan misal seandainuya Kalau kita tidak dapat menepati janji atau lupa melakukan sesuatu terus berani mengucapkan 4 kata tersebut, itu baru lumayan, tapi sori.... itu belum pada level keren dan ajaib.

Yang keren, menurutku, adalah ketika orang lain (atau sebagian orang lain) menganggap kalau kita melakukan atau mengatakan atau memperjuangkan suatu yang benar, padahal kita tahu kalau kita yang salah. Dan kita baru sadar kalau yang kita perjuangkan kurang baik, atau ada yang lebih baik, dan kita dengan tegas berani mengucapkan 4 kata ajaib itu. Wuiiihhhh bagiku itu keren banget.

Seringkali dalam suatu diskusi atau rapat atau forum yang lain, kita terpancang untuk memperjuangkan ide kita, kita bangga bila ide kita diterima, kita bangga bila kita bisa menguasai forum, kita bangga dipuji dan dianggap cerdas. Namun seringkali kita lupa, ternyata seringkali kita disana terlalu sibuk menampakkan diri sendiri bukan untuk memperjuangkan kebenaran, bukan untuk memperjuangkan kebaikan, bukan untuk memperjuangkan kemaslahatan bersama. Ngerasa ndak? atau bahkan menurutmu justru hal yang seperti ini yang benar, seperti lomba debat, barangsiapa yang paling bisa mempertahankan argumennya, usulanya, statemenya, entah itu benar atau salah, entah dia sendiri menganggap itu baik atau buruk, tetap saja diperjuangkan. Menurutmu demikian yang baik? Ih...... klo aku sih naudzubillah.

Emmmmm........ beberapa kali, ketika rapat dengan orang orang yang seharusnya sholeh (iya dong, wong rapatnya namanya syuro kok), kutemui beberapa orang yang nampak cerdas. Mereka sangat aktif di forum syuro itu, memberikan berbagai usulan dan tanggapan, tidak jarang juga mengkritisi usulan usulan yang diberikan oleh anggota syuro yang lain. Tapi, orang orang yang seharusnya berpeluang menjadi orang yang keren, tapi entah kenapa dimataku ke-keren-an mereka seolah runtuh begitu saja. Ketika kulihat ada beberapa diantara mereka begitu semangat memperjuangkan ide mereka, padahal mereka tahu kalau ada ide temanya yang lebih baik. Ya, seharusnya mereka tau bahwa ada ide temanya yang lebih baik, Ya seharusnya dia sadar bahwa apa yang dikatakanya kurang tepat dan ada yang lebih baik. Tapi, entah mengapa, mereka masih dengan semangat memperjuangkan idenya itu, dengan berbagai alasan, dengan berbagai logika logika yang dibuat semanis mungkin. Mengapa tidak diucapkan saja 4 kata ajaib itu ketika kita tau kalau kita yang salah, maaf saya yang salah. Bagiku....., orang yang seperti itu tidak keren.

Bukanya justru kita senang kalau ide kita tidak dipakai, karena kalau ide kita dipakai, maka kita adalah orang yang paling bertanggungjawab atas berbagai kemudharatan yang muncul akibat ide kita itu. Pertanggungjawaban di dunia sih paling paling tidak begitu terasa, tapi di akherat?

Tapi yang namanya syetan pintar sekali menggoda manusia, bahkan dengan cara yang halus. Kita merasa sangat keren, sangat bangga bila ide kita dipakai. Kita dengan ujubnya menyampaikan di berbagai tempat, eh itu karena ide saya loh, eh itu usulan saya loh, eh saya berkontribusi banyak loh di rapat kemarin. MasyaAllah.......

Sejak Kapan Lulus Cepat Dianggap Sebagai Prestasi?


Pertanyaan retoris diatas pernah ditanyakan seorang teman kepadaku, apakah kujawab? tentu tidak.... Aku lebih memilih diam dan coba merenungkan apa maksud pertanyaan itu. Aku juga yakin jika kamu mendapat pertanyaan itu, kamu akan memilih diam. Ya memang itu yang diharapkan temanku, dia tidak membutuhkan jawabanku, yang dia butuhkan adalah proses perenungan yang aku lakukan. Untuk apa aku kuliah, dan untuk apa aku lulus.

Pertayaaan yang ditanyakan oleh orang yang memilih untuk lulus lebih lambat. Pertanyaan yang jadi pembenaran baginya untuk lulus telat, agar orang disekitarnya merasa bahwa dia punya alasan dan tujuan mengapa dia lulus telat, bukan sedekar keterpaksaan karena keadaan yang tidak dapat dihindarkan. Bisa jadi seperti itu yang ada dipikiran orang yang bertanya pertanyaan itu, dan juga di pikiran orang orang yang diberi pertanyaan atau mendengar ada pertanyaan seperti itu. Bisa jadi?

Tidak perlulah aku menerka nerka apa yang difikiran orang. Toh Rosulullah mengajarkan kita untuk melihat yang dzahir dari seseorang, bukan yang batin. Karena memang kita tidak memiliki kemampuan untuk itu, kalaupun dipaksakan akan muncul dzon dzon yang tidak baik yang justru menjadi jalan syetan untuk membuat kita memunculkan fitnah, atau setidaknya ghibah.

Tidak perlulah aku menerka nerka orang lain, cukup lah aku bercerita apa yang kurasakan. Aku pernah meng-update status facebooku dengan pertanyaan yang sama. Tentu bukan karena tanpa alasan, status facebook tidak jarang adalah refleksi perasaan atau pikiran dari pemilik akun tersebut. Ya, begitu juga aku. Setelah sadar bahwa IP semester terahir yang sangat jauh dari target duh..... Aku jadi semakin memikirkan pertanyaan itu. Ya, bisa jadi ini adalah diriku yang tidak mau disalahkan karena aku akan lulus dan ini berarti aku akan dianggap negatif (atau setidaknya tidak positif) oleh orang orang disekitarku. Mencari pembenaran bahwa lulus telat bukanlah suatu hal yang jelek asalkan punya alasan yang jelas (atau sok diperjelas ; baca: dipaksakan diperjelas).

Ya nampaknya aku memang sedang mencari cari pembenaran itu, juga karena itu pula aku post tulisan ini. Bila mau kita tarik ulang ke belakang, apa sih tujuan kita kuliah (tentunya pertanyaan bagi yang kuliah).
Ingin mendapatkan kehidupan (pekerjaan, jabatan) yang baik?
Ingin mendapatkan Ilmu yang bermanfaat?
Ingin berdakwah?
Atau karena tidak ingin dianggap pengangguran atau loser oleh orang lain bila tidak kuliah?

Bila lulus telat yang dimaksud tidak lebih dari 50% dari waktu lulus yang normal (misal untuk S1 yang seharusnya 4 tahun menjadi tidak lebih dari 6 tahun) menurut saya bila tujuan kuliah adalah yang aku tulis diatas, tujuan itu masih bisa dicapai. Mendapat pekerjaan atau jabatan yang baik insyaAllah masih bisa didapatkan, Ilmu yang bermanfaat apa lagi...... Dengan waktu kuliah yang lebih lama, maka kita berpeluang untuk mendapat ilmu dari gudang Ilmu (baca universitas) yang lebih dari yang lain. Salah satu dosenku pernah bilang, menjadi mahasiswa adalah peluang yang luar biasa. Banyak kesempatan dalam hidup ini yang hanya dimiliki oleh mahasiswa. Mulai dari berbagai perlombaan yang hanya diperuntukan bagi mahasiswa, peluang berorganisasi yang lebih bebas dan luas, peluang belajar yang luarbiasa. Contoh konkrit lah, bila kita sebagai mahasiswa maka apabila kita melakukan kesalahan di Masyarakat, maka kita masih bisa dimaklumi, atau ketika kita meminta data atau informasi tertentu ke suatu instansi tertentu, label sebagai mahasiswa akan membuat kita jauh dipermudah untuk meng-akses informasi itu.

Tentu sekali lagi, bila kita lulus telat karena tujuan yang baik, ya.... setidaknya seperti yang tak tulis di atas lah. Kalau lulus telat karena males mengerjakan kuliah dan tugas, tentu lain lagi ceritanya.

Tidak sedikit kutemui orang orang hebat di Kampusku yang memang sengaja lulus telat karena ingin melakukan hal yang besar. Mulai dari membuat bisnis yang besar, tampil di KICK ANDY sampai dengan berkali kali masuk PIMNAS, itu semua mereka lakukan di sela sela lulus telat mereka.

Namun tidak dapat aku pungkiri bahwa lulus cepat adalah juga jalan yang baik. Tidak jarang juga kutemui orang orang yang lulus cepat dan sukses, banyak bahkan. Setidaknya dengan lulus cepat, maka kita lebih cepat mengurangi beban orang tua kita.
Powered by Blogger.

Mutiara Hikmah

Yang Sedang Banyak Dibaca

Shout Box

Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x

Sahabat Bloggerku

Komentar Komentar Terbaru

International opportunities

Eramuslim

Web hosting for webmasters