Kamu, lu, koe, sampeyan, dirimu, you, atau antum?

(Sebuah analisis bahasa tanpa literatur yang jelas dan sangat subjektif)

Artinya sama kan? iya, emang semua kata tersebut bermanka sama, kata bu guru bahasa Indonesia, kata kata tersebut adalah sama sama kata ganti orang kedua. Tapi meskipun maknanya sama, seringkali saya menemukan berbagai orang yang bingung memilih kata apa yang tepat untuk digunakan ketika sedang bercakap cakap. Mungkin kamu juga pernah merasakanya.

Seringkali ketika bercakap cakap, ada orang yang biasa menggunakan kata kamu, tapi karena lawan bicaranya menggunakan kata lo (dan gue), maka kemudian baik orang pertama dan kedua akan sama sama kikuh, karena "kamu" dibalas dengan "lo", dan "lo" dibalas dengan "kamu". Beberapa indikator paling jelas kalau mereka sedang kikuh adalah ketika mereka tau kalau ada perbedaan penggunaan kata ganti orang kedua maka mereka:
1. Mengucapkan kata ganti dengan lebih pelan (bisa karena ragu, kikuh, dll)
2. Mengucapkan kata ganti yang berbeda; misal dari "lo" ke "kamu", atau sebaliknya.
3. Menunda sekian detik sebelum mengucapkan kata ganti; bisa karena gak enak atau karena berfikir.
4. Menggunakan kata ganti yang kaku atau kurang lazim, misal "dirimu"

Ternyata penggunaan kata ganti ini juga menimbulkan kesan tersendiri, ada yang menimbulkan kesan romantis, agamis, atau bahkan angkuh. Berikut adalah kesan yang ditimbulkan penggunaan kata ganti secara sosiologi menurut pengamatan saya (nah!! saya juga mulai bingung menggunakan kata ganti orang pertama, pakai "saya", "aku", atau "ane"; karena dalam percakapan sehari hari tiga kata ini yang sering; atau mungkin selalu kugunakan). Berikut analisisnya :

Aku dan Kamu; Bagi orang Jawa (jawa timur, jawa tengah) mungkin menggunakan aku dan kamu ketika berbicara dalam bahasa Indonesia adalah hal yang biasa. Tidak ada kesan spesial yang ditimbulkan ketika menggunakan kata ganti aku dan kamu, tapi bagi orang jawa barat dan sekitarnya penggunaan Aku dan Kamu konon bisa memunculkan kesan romantis. Saya jadi ingat cerita teman saya yang asli Jogja (Cowok) ketika mengikuti suatu kegiatan mahasiswa yang diadakan oleh salah satu perusahaan Otomotif di Jakarta. Kegiatan itu diikuti oleh berbagai Kampus di Indonesia, sehingga disana ditemui juga mahasiswa dari Jakarta dan Bandung. Ketika dia ngomong dengan cewek (yang kebetulan orang Jakarta) dengan menggunakan kata ganti aku dan kamu,
si cewek bilang, "eh lo kok ngomongnya romantis banget sih"; GLODAK!!! temanku jawab, "Romantis dari mananya!?",
Ceweknya bales lagi, "habisnya lo manggil gue nya pake kamu segala sih".

Gua dan Lu; Kalau kita nonton TV yang bersetting anak muda Jakarta, kata ganti ini yang hampir selalu digunakan. Ya... memang karena kata ganti ini banyak di pakai di sekitar jawa barat. Tapi, entah kenapa, bila mendengar orang menggunakan kata ganti ini ketika bercakap cakap di kampus (kebetulan kampus saya di Jogja), rasanya kok terasa aneh dan muncul kesan angkuh. Walaupun tentu orang yang menggunakan kata ganti ini tidak berniat untuk angkuh, tapi menurut sebagian besar mahasiswa Jawa yang saya kenal, penggunaan kata ganti "Gua" dan "Lu" menimbulkan kesan angkuh.

Koe dan sampeyan; dua kata ganti orang kedua dari bahasa Jawa ini sama sama berarti "kamu" dalam bahasa Indonesia. Namun, entah kenapa saya lebih nyaman menggunakan kata sampeyan ketimbang koe ketika ngobrol dengan bahasa Jawa (bahkan terkadang juga dalam bahasa Indonesia). Rasanya tabu dan bagiku terkesan kasar menggunakan kata Koe. Kalau tidak salah, dulu pernah kudengar (pas masih kecil), "koe" itu artinya anak dari monyet. Entah benar atau salah, yang jelas hal itu yang membuatku menjadi tidak nyaman menggunakan kata ganti koe dalam bercakap cakap. Kata "sampeyan" lah yang sejak kecil dibiasakan dikeluargaku. Namun, di rumah seringkali kata "sampeyan" disingkat menjadi "pean" atau "mean"; walaupun hanya disingkat, tetapi entah kenapa bila ada orang yang menggunakan kata "pean" atau "mean" ketika berbicara denganku terasa lebih dekat dan hangat. Mungkin karena kata "mean" lah yang kugunakan untuk berbicara dengan orang orang terdekatku sejak kecil (bapak, ibuk, adik dan beberapa sepupu-sepupu).

Dirimu dan You; Dua kata ganti orang kedua yang paling tidak nyaman untuk kudengar bila digunakan dalam suatu kalimat atau percakapan dalam bahasa Indonesia atau bahasa Jawa. Bila ada orang yang menggunakan dua kata itu, entah kenapa muncul kesan kurang akrab sehingga komunikasi menjadi kurang nyaman. Terlebih kata ganti "Dirimu", sering kudengar bila seseorang memiliki masalah dalam menentukan kata ganti yang pas ketika berkomunikasi. Kalau "you", entah kenapa, rasanya ndak pas banget ketika kata itu digunakan dalam kalimat berbahasa Indonesia atau bahasa Jawa. Tapi entah kenapa ada juga beberapa orang yang masih sering menggunakanya.

Ana, ane, anta dan antum. Keempat kata ganti orang dari bahasa arab (kecuali ane yang "di-arab2kan) yang sering digunakan oleh kalangan sholeh (atau sok sholeh). Sehingga dengan menggunakan kata ganti ini muncul kesan sebagai orang yang sholeh (atau golongan sholeh, atau golongan orang yang dianggap sholeh, atau bahkan dari golongan ormas Islam atau bahkan parpol Islam tertentu). Ana dan ane bermakna sama yakni saya. Tapi, saya rasanya lebih nyaman menggunakan kata ane ketimbang ana (biasanya sih kugunakan ketika bersama komunitas orang2 sholeh). Mungkin karena kata ane, masih terkesan ke arab arab-an namun tidak terlalu memunculkan kesan sok sholeh dan bahkan kata ane sekarang banyak digunakan di bahasa online, utamanya karena dipopulerkan oleh para KASKUS-esr beberapa tahun terahir. Sedangkan kata ana, lebih memunculkan kesan sholeh, sehingga saya kurang nyaman menggunakanya, munkin karena masih murni bahasa Arab dan nyatanya hanya dipakai oleh orang orang yang sholeh atau sok sholeh tadi, maksud saya sangat jarang dipakai di bahasa lain (seperti ane yang dipakai komunitas Internet atau kaskus-ers misalnya).

Akhirnya, sebagai penutup saya ingin menyatakan bahwa analisis ngawur ini adalah analisis tanpa dasar teori yang jelas dan data yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Hanya berdasarkan analisis personal saya berdasar pengalaman pribadi saja. Semoga bermanfaat.

3 comments:

  1. Tidak salah analisisnya menurut saya. Karena saya juga sependapat dengan pernyataan tersebut. Penggunaan kata ganti orang kedua di Jogjakarta memang beragam sekali.

    ReplyDelete
  2. Trimakasih mas atas komentarnya, nampaknya hal ini terjadi tidak hanya di Jogja mas, tapi juga di tempat lain. hehhe, (setahu saya seperti itu)

    ReplyDelete
  3. Great to see that someone still understand how to create an awesome blog.
    The blog is genuinely impressive in all aspects.
    This a Good blog.
    dewa poker

    ReplyDelete

Silahkan memberikan komentar, tolong gunakan kata kata yang sopan.
Bhs Indonesia, Boso Jowo, English.... tidak masalah

Powered by Blogger.

Mutiara Hikmah

Yang Sedang Banyak Dibaca

Shout Box

Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x

Sahabat Bloggerku

Komentar Komentar Terbaru

International opportunities

Eramuslim

Web hosting for webmasters