Mencoba membahas secara teoritis, praktis, akademis dan agamis (II)
Setelah sekian lama menunggu akhirnya aku berhasil melanjutkan bagian ke dua dari artikel ini. Bagi yang belum membaca bagian pertama silahkan klik disini.
"Pacaran adalah kerjaanya orang orang yang rendah akademisnya"
Ini adalah pemikiranku dahulu ketika SMA. Mungkin temen2 yang study oriented (dan ga laku =) biasanya suka punya pemikiran kayak gini. Logis memang, jika dahulu aku coba mengobserfasi beberapa orang teman temanku yang hobi pacaran, hampir semua dari mereka memiliki kemampuan akademis rata rata menengah ke bawah, yah kalaupun beruntung ya menengah lebih dikit lah.
Aku inget betul event ketika seorang temanku yang dapat dibilang sangat pinter (hampir tidak ada anak yang dapat menumbangkan posisinya sebagai juara paralel di SMAku kala itu) bercakap cakap dengan salah seorang temen ceweknya.
--+ anggap X adalah temenku yang pinter
anggap Y adalah temen ceweknya
(dengan X, dan Y adalah anak SMA === weleh kok jadi kayak persamaan matematika)ha3
Di suatu pagi setelah ujian Matematika, kedua temanku ini berbincang2 di depan kelas
X : Alhamdulillah, aku kemaren belum sempat belajar tetapi sukses mengerjakan ujian matematika tadi, hampir semua soal kukerjakan dengan sempurna.
Y : Hey, Y kok ga adil banget!, masak aku yang belajar mati matian tidak dapat mengerjakan sesukses kamu.
X : ha3..
Y : Sebenarnya apa sih rahasiamu kok kamu bisa kayak gitu, padahal usahaku lebih maksimal dari kamu, sungguh ga adil!
X : Ada 1 hal yang sangat berbeda antara kamu dan aku, Kamu PACARAN dan aku TIDAK!
Sebuah jawaban dari si X yang menurutku sangat luar biasa saat itu, yang membuatku semakin yakin bahwa orang yang tidak berpacaran cenderung lebih sukses dari sisi akademis.
Tapi, itu dulu....... ketia di bangku kuliah muncul pemikiran yang mulai bergeser dari SMA.
Aku bertemu dengan seseorang teman yang menurutku luar biasa. Dari sisi akademis dapat dibilang outstanding. Bayangkan, hanya 1 matakuliah di semester 1 nya yang tidak dapat A. weleh2
Dia adalah salah orang yang pacaran juga, menurutnya, dengan pacaran pemikiran justru menjadi lebih tenang (ga mikira sing aneh2), karena dengan kita punya pacar dan setia dengan pacar kita akan membuat dia tidak sempat memikirkan cewek lain disekitarnya. jadi pacaran bisa meminimalisir pikiran2 tentang cewek yang macem2 (......itu menurutnya).
Ternyata tidak hanya dia, aku juga mengenal beberapa orang yang tidak kalah outstanding dengan dia, tapi mereka juga PACARAN.
So, intinya statement ku yang menyatakan pacaran hanya milik orang orang yang secara akademis menengah ke bawah, perlu di review ulang. Yang salah Pacarannya, Sistemnya (arti khusus dan umum), atau mungkin Subjek dari pelaku pacaran ni. Sebenarnya banyak sekali variabel yang harus kita fikirakan sebelum kita men-judge orang.(---kok jadi ngomongin ginian)
Mungkin secara general, orang yang pacaran itu tidak baik,banyak yang pacarannya sampai overload dan breakdown (...weleh ngomongin apa nih!) tapi hal ini juga tidak dapat diGeneralkan. Tidak selayaknya kita menyatakan seseorang itu jelek hanya karena kita tau kalau dia itu aktif Pacaran.
Walaupun banyak kasus yang menunjukkan sisi positif dari pacaran, tetap saya menganjurkan utuk menjauhi pacaran. Karena tidak ada jaminan kalau pacaran anda dapat bermanfaat, dan tidak ada jaminan pula pacaran anda tidak mencapai overload dan breakdown tersebut. So jangan coba main2 api kalau tidak mau terbakar.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Powered by Blogger.
Mutiara Hikmah
Yang Sedang Banyak Dibaca
-
(Sebuah analisis bahasa tanpa literatur yang jelas dan sangat subjektif) Artinya sama kan? iya, emang semua kata tersebut bermanka sama, k...
-
Curhat tukang listrik bagian 2 " Sedikit menjelaskan tentang biaya pasang baru listrik " Di suatu siang di salah satu k...
-
foto dari republika.co.id Kita tidak akan bahagia karena keinginan kita, namun kita bahagia karena rasa syukur kita (Aa Gym) Dulu di...
-
I have tried so many time to write (Articles, blog, page, letter etc) in English (avenged of course writing in Indonesian is far more). But ...
-
Menjadi Musafir di Pulau Sulawesi Bagian 1 Dalam rangka memenuhi kewajiban sebagai abdi negara membuatku harus mendamparkan diri di salah...
kalo aku pas zaman sma dulu mungkin g beranggapan kyk kamu, soalnya d sma ku banyak orang2 yg pinter2 gitu tapi dia juga pacaran, sempat bingung jg, apakah pacaran memberikan lebih banyak efek positifnya dibanding negatifnya atau sebaliknya..malah pernah ngerasa minder knapa aku agak malu berurusan dg cewek..
ReplyDeletetapi setelah aku belajar agama sedikit,alhamdulillah ternyata agama islam yang sempurna telah memberikan jawabannya.. ternyata rasa malu bukanlah sesuatu yg harus dibuang bahkan merupakan perhiasan yg harus dijaga.. kata "malu" dalam bahasa arab aj adalah "al-haya' " yang bermakna asal hayat atau kehidupan. Maka, jika seseorang membuang rasa malunya, dia akan membuang bagian yg membuat ia hidup, hehe
Eh Fahim mampir.
ReplyDeletehooh Him malu tuh sebagian dari iman.... Setuju ane.... tapi malu tu bakan berarti minder loh.
Malu kalo berbuat maksiat, malu kalau syirik kepada Allah, malu kalau ibadah tidak sesuai dengan tuntunan, malu kalau tidak dapat berprestasi, dll OK