Coretan sederhana dari film/novel Habibie Ainun
Dalam kehidupan manusia pun juga harus demikian, ketika manusia tidak seimbang dalam hidupnya maka yang datang adalah gejolak, yang popular sekarang dengan istilah “galau”. Contoh yang menarik adalah yang dapat kita lihat dalam kisah hidup Pak Habibie dan Bu Ainun dalam film/novel Habibie Ainun. Menurut saya pak Habibie adalah contoh sangat luarbiasa dalam hal keseimbangan.
Di masa mudanya, pak Habibie walau memiliki segudang prestasi di Jerman, namun merasa kehidupannya kurang seimbang. Walaupun berprestasi namun beliau merasa ada yang kurang dalam hidupnya yakni pendamping hidup. Dikisahkan, ketika pulang ke Indonesia beliau juga menyempatkan mencari pendamping hidup. Kemudian beliau melamar bu Ainun dan membawanya ke Jerman untuk memberikan keseimbangan dalam kehidupannya di Jerman.
Bu Ainun memiliki latar belakang sebagai dokter, namun di Jerman beliau tidak melaksanakan aktifitas sebagai dokter. Bu Ainun dan Pak Habibi, walaupun mereka sudah hidup berkecukupan, punya buah hati yang lucu lucu namun pada saat itu Bu Ainun masih muncul kegalauan. Ada yang kurang dalam hidupnya, yaitu berkarya dengan ilmu dan kompetensi yang dimilikinya, menjadi dokter. Sehingga, dengan harapan dapat membuat kehidupan yang lebih seimbang bu Ainun menjadi dokter di Jerman.
Setelah sekian lama hidup di Jerman pak Habibie semakin terpandang dan mampu berkontribusi banyak dalam perkembangan pesawat terbang di sana. Beliau mendapat posisi yang tinggi dengan tanggungjawab yang besar, dan beliau juga menjadi andalan ilmuan ilmuan pesawat terbang di Jerman. Walaupun di negeri tersebut pak Habibie telah dipandang dan mampu berkontribusi dengan baik, masih muncul rasa kegalauan dalam hidupnya. Beliau merasa ada yang kurang, sehingga hidupnya terasa tidak seimbang. Yaitu mengabdikan ilmu nya untuk bangsanya sendiri, bukan untuk bangsa lain. Kemudian suatu saat datanglah tawaran dari pemerintah RI untuk kembali ke Indonesia untuk membangun Industri Pesawat Terbang Nusantara beliau sangat tertarik, dan pulang ke Indonesia untuk mulai membangun Industri strategis adalah jawaban atas kegalauan beliau.
Setelah beberapa lama menjadi dokter di Jerman, Bu Ainun juga semakin sibuk dengan berbagai tugas dan tanggungjawab sebagai dokter di salah satu rumah sakit di Jerman. Pada saat seperti ini Bu Ainun kembali merasa tidak adanya ketidakseimbangan dalam kehidupan beliau. Dikisahkan bahwa karena kesibukannya beliau menjadi kurang dapat memperhatikan anak anaknya. Sehingga beliaupun memutuskan untuk berhenti menjadi dokter dan lebih memilih mengasuh dan memperhatikan anak anaknya.
Itulah kehidupan, ketidakseimabangan manusia dalam menjalani peran perannya akan menimbulkan kegalauan. Masing masing dari kita punya sisi sebagai hamba Allah namun sekaligus mahluk sosial. Kita memiliki tanggungjawab sebagai anggota atau bahkan pemimpin dalam keluarga namun juga punya tanggungjawab di tempat kita berkarya. Kita berusaha mencari nafkah untuk kehidupan kita namun disisi lain kita juga harus berperan bagi lingkungan sekitar.
Jujur film ini sangat drama buat saya, tetapi reviewnya jadi membuat saya melihatnya dengan pandangan berbeda, nice try lah :D
ReplyDeleteMenurut saya film ini cukup istimewa. Walau tidak seistimewa novelnya. Karena banyak bagian yang menurutku penting tapi dihilangkan. Kisah nyata tetapi begitu menginspirasi.
ReplyDeleteblm nonton..jadi belum bisa berkomentar banyak..
ReplyDeletetapi kalo liat pendapat2 orang, sepertinya film ini wajib ditonton.. byk nilai2 yang bisa dicontoh.
Kalau yg dicari nilai nilai yg mau dicontoh, nampaknya baca novelnya lbh baik. Lebih padat akan nilai nilai tsb.
ReplyDelete