Logo Logo beberapa BUMN |
Ternyata ada banyak hal yang menurut kita kecil tapi besar menurut orang lain.
Ternyata memahami manusia lebih sulit dari pada memahami elektron.
(Dari update status FB ku beberapa bulan yang lalu)
" Aku lebih bangga jadi Pengangguran dari pada Jadi Pegawai BUMN"
Percaya atau tidak, saya benar benar pernah mendengar pernyataan seperti itu dari salah seorang temanku. Bila difikir fikir, parah juga pernyataan salah seorang temanku itu. Dia sekarang adalah pegawai di salah satu BUMN besar dengan gaji yang besar pula. Konon dalam setahun BUMN itu bisa memberi gaji kepada pegawainya sampai 30 kali. Mungkin jutaan orang Indonesia hanya bisa bermimpi untuk dapat menjadi kariawan di perusahaan itu. Tapi kok bisa temanku ini sebegitu tidak bersyukur, bahkan dia sampai mengeluarkan statemen seperti itu. Memang setahuku, dia sangat ingin melanjutkan kuliah S2 di luar negeri, tapi karena untuk kuliah S2 di Perguruan Tinggi bergengsi di luar negeri dengan beasiswa itu tidak mudah, sehingga lebih dari 6 bulan dia menganggur, sehingga orang tuanya memintanya untuk segera bekerja. Dan akhirnya dia meninggalkan perusahaan itu dengan denda puluhan juta rupiah hanya untuk sekedar menjadi mahasiswa (lagi) karena diterima S2 di salah satu Perguruan Tinggi di negeri Sakura.
Mungkin bagi sebagian besar orang, menjadi pegawai BUMN adalah suatu hal yang membanggakan. Memiliki gaji yang lumayan sekaligus mendapat status sosial di masyarakat. Mendapatkan kepastian masa depan dia dan keluarganya, karena ada kepastian pendapatkan sampai dia pensiun. Siapa yang tidak ingin seperti itu. Tapi itulah manusia, terlalu kompleks, terlalu rumit, terlalu heterogen, sampai sampai ada orang yang lebih bangga menjadi pengangguran dari pada mendapatkan itu semua.
Saya juga memiliki teman lain yang melakukan pilihan hidup yang ekstrem yang menurutsebagian besar orang, dia telah meninggalkan sesuatu yang besar dan langka. Teman saya ini adalah mahasiswa Fakultas Teknik UGM, berkat kecerdasanya selama kuliah dia mendapat beasiswa dari salah satu perusahaan MIGAS kelas dunia. Tapi bukan itu yang besar dan luar biasa, teman saya ini juga mendapat beasiswa S2 di salah satu Universitas terbaik dunia di Inggris dari perusahaan yang sama. Sungguh kesempatan yang luarbiasa dan dahsyat, ketika jutaan bahkan milyaran orang hanya bisa bermimpi mendapatkan beasiswa S2 di salah satu universitas terbaik dunia di Inggris, teman saya ini malah dengan mudah ditawari beasiswa oleh salah satu perusahaan migas kelas dunia. Dan tidak hanya itu, bila yang memberi beasiswa adalah perusahaan Migas kelas dunia maka besar kemungkinanya teman saya ini akan direkrut oleh perusahaan tersebut paska lulus S2 nya, dan bukan hal yang mustahil pula seorang lulusan S2 dari universitas terbaik di dunia yang berkerja di perusahaan migas kelas dunia mendapatkan gaji dua digit juta rupiah.
Sebuah kesempatan luarbiasa, sebuah kesempatan untuk meningkatkan harkat hidup tidak hanya bagi diri pribadi teman saya itu tapi juga bangsa dan almamaternya dan juga agamanya. Tapi bagi dia ada hal yang jauh lebih besar dan penting dari pada itu, Ada amanah yang harus teman saya emban paska lulus S1. Dia harus segera menjadi tulang punggung keluarga. Teman saya itu akhirnya memilih untuk untuk tidak menerima beasiswa S2 di salah satu universitas terbaik dunia tersebut dan peluang mendapat gaji tiga digit juta rupiah. Dia memilih sesegera mungkin bekerja, dan untungnya dia mendapat pekerjaan di salah satu BUMN di Sumatra. Bagi teman saya ini, amanah untuk dapat sesegera mungkin meringankan beban ekonomi keluarga jauh lebih besar dari pada mendapat beasiswa S2 di salah satu universitas terbaik di dunia.
Ternyata hal yang besar menurut kita bisa jadi adalah hal yang kecil menurut orang lain, dan begitu pula sebaliknya. Manusia sangat heterogen, dan memiliki sifat, watak, perilaku, cita cita, mimpi, dan pilihan hidup yang berbeda beda. Perlu kedewasaan yang tinggi untuk dapat memahami berbagai perbedaan itu. Namun sebagai ummat Islam, tidak semua perbedaan, tidak semua sifat, tidak semua cita cita, tidak semua pilihan hidup dibenarkan. Ada batasan batasan, ada aturan aturan, ada pedoman pedoman, dan semua itu sudah dengan jelas dan detail dijelaskan di AlQuran dan Hadits. Sehingga ketika mimpi dan pilihan hidup kita bertentangan dengan Syariah, maka kita harus segera merubahnya, merubahnya menjadi sesuai dengan syariah, bahkan merubahnya menjadi mimpi dan pilihan hidup yang sangat dianjurkan oleh Al Quran dan Hadits. Dan apabila ada teman atau saudara kita yang memiliki mimpi atau pilihan hidup yang bertentangan dengan Al Quran dan Hadits, kita berkewajiban untuk mengingatkanya. Sehingga batasan benar dan salah itu tidak sekedar besar dan kecilnya perkara itu menurut perasaan atau pikiran kita, tapi benar atau salahnya suatu perkara itu ditentukan oleh sesuai atau tidaknya dengan syariah.
bersambung ke bagian 2
No comments:
Post a Comment
Silahkan memberikan komentar, tolong gunakan kata kata yang sopan.
Bhs Indonesia, Boso Jowo, English.... tidak masalah