Sejak menjadi bagian dari perusahaan listrik plat merah ini, rasanya listrik dan perusahaan ini sudah menjadi bagian dari diri saya. Ketika perusahaan ini dicaci maki, ketika dinggap sarang korupsi, atau ketika listrik mati. Duh, rasanya bernafas saja rasanya menjadi kurang nyaman. Rasanya serba tidak nyaman dan merasa bersalah. Ketika listrik mati, entah berapa ratus kali telepon di kantor PLN berdering, dan ketika diangkat entah berapa jenis kata kata kotor atau penduduk kebun binatang yang dipanggil. Astagfirullah, ujian kesabaran memang.
Kalaupun sedang tidak piket, atau bahkan sedang tidak berada di daerah kerja saya, ketika pulang ke rumah misalnya. Kemudian listrik mati, walaupun seharusnya tidak ada hubungan langsung apalagi tanggungjawab saya tapi rasanya tetap tidak nyaman dan penuh rasa bersalah. Entah kenapa, sering kali ketika melihat ada daerah yang sedang mati listrik, rasanya sangat tidak nyaman bahkan hanya untuk sekedar bernafas. Agak lebay mungkin bagian ini, tapi rasanya memang demikian.
Mungkin memang banyak orang yang merasa terganggu bila listrik mati, namun sebenarnya PLN lebih merasa terganggu daripada orang orang tersebut. PLN ada karena mau jualan listrik, kalau listrik mati ya PLN tidak dapat jualan listrik, tidak ada yang dijual brarti tidak ada pemasukan ke perusahaan, simple nya seperti itu. Ketika listrik mati, maka petugas PLN akan dipusingkan mencari penyebab gangguan untuk menyalakan kembali daerah yang padam. Mencari penyebab pemadaman dilakukan dengan menyusuri jaringan listrik untuk melihat kejanggalan yang ada. Mungkin ada ranting yang menyentuh jaringan, atau layang layang tersangkut, atau bahkan ada peralatan yang rusak. Kemudian kalaupun terpaksa harus padam, karena perbaikan atau gangguan tidak dapat segera dihilangkan, maka diupayakan daerah yang padam dapat seminimal mungkin.