Menjadi Musafir di Pulau Sulawesi bagian 5
Berkesempatan untuk tinggal bebapa bulan di Sulawesi Selatan, sayang rasanya kalau tidak mengunjungi Tana Toraja. Toraja adalah nama Suku, sekaligus juga kota. Ada apa disana? intinya cuman lihat kuburan, lihat mayat mayat manusia yang berserakan dimana mana, tapi yang banyak terlihat berserakan sih yang sudah tinggal tulang belulang. Mayat mayat yang usianya sudah lebih dari 20 tahun. Budaya yang cukup aneh menurut saya, bukan unik lho ya.... aneh. Mayat keluarga mereka tidak dikubur, namun hanya dibalsem dan dimasukkan ke dalam peti dan diletakkan di dalam goa. Jadi kalau peti yang terbuat dari kayu itu rusak, ya jangan salahkan si mayat kalau dia nongol muncul berserakan di sepanjang jalan. BIla di Jawa, melihat sepotong kecil tulang di kuburan rasanya sudah ngeri banget, namun di Tana Toraja, melihat tengkorak manusia berjajar rasanya biasa saja. Yang lebih aneh lagi, mengapa mereka begitu nyamannya "mengeksploitasi" mayat leluhur mereka untuk meraup rupiah, dengan menjadikan makam leluhurnya sebagai objek wisata. Bagi kita yang muslim tentu hal seperti ini adalah hal yang sangat tidak biasa.
Berkesempatan untuk tinggal bebapa bulan di Sulawesi Selatan, sayang rasanya kalau tidak mengunjungi Tana Toraja. Toraja adalah nama Suku, sekaligus juga kota. Ada apa disana? intinya cuman lihat kuburan, lihat mayat mayat manusia yang berserakan dimana mana, tapi yang banyak terlihat berserakan sih yang sudah tinggal tulang belulang. Mayat mayat yang usianya sudah lebih dari 20 tahun. Budaya yang cukup aneh menurut saya, bukan unik lho ya.... aneh. Mayat keluarga mereka tidak dikubur, namun hanya dibalsem dan dimasukkan ke dalam peti dan diletakkan di dalam goa. Jadi kalau peti yang terbuat dari kayu itu rusak, ya jangan salahkan si mayat kalau dia nongol muncul berserakan di sepanjang jalan. BIla di Jawa, melihat sepotong kecil tulang di kuburan rasanya sudah ngeri banget, namun di Tana Toraja, melihat tengkorak manusia berjajar rasanya biasa saja. Yang lebih aneh lagi, mengapa mereka begitu nyamannya "mengeksploitasi" mayat leluhur mereka untuk meraup rupiah, dengan menjadikan makam leluhurnya sebagai objek wisata. Bagi kita yang muslim tentu hal seperti ini adalah hal yang sangat tidak biasa.
Bagaimana lebih jelas tentang Tana Toraja? minta tolong saja lah dengan ustad google, sudah terlalu banyak orang yang mengulasnya di dunia maya ini. Trus ngapain saya ikut ikutan ngulas di blog ini? Hahaha sebenarya ada kisah yang cukup lucu ketika saya disana. Di malam hari, sekitar pukul 22.00 WIB setelah jalan jalan keliling makam makam di berbagai sudut kota Toraja, kami mencari losmen. Karena lagi long weekend, losmen losmen banyak yang penuh, sehingga kami perlu waktu untuk mencari losmen yang pas (dari sisi harga tentunya). Kami yang ber 12 terpaksa harus menginap di losmen yang berbeda beda karena sudah banyak yang penuh.
Setelah dapat kamar saya langsung istirahat tanpa pikir panjang. Di pagi harinya sekitar pukul 5.00 WITA, ketika hendak sholat saya sadar kalau saya tidak tahu arah kiblat. Kebetulan saya dan teman saya hp nya sama sama tidak ada GPS dan digital compass nya, membuat kami benar benar blank tentang arah mata angin. Beberapa saat kemudian ada petugas losmen yang mengetok pintu mengantarkan teh hangat. Kemudian terjadilah percakapan :
Saya : Mas arah kiblat mana ya?
Petugas : Apa mas kiblat? kiblat itu apa ji?
Saya : itu lho mas, arah orang sholat.
Petugas : jadi mas keluar, kemudian belok kanan ji, jalan terus sampek ada perempatan yang ada lampunya ki, kemudian belok kanan mentok, disana ada masjid ki.
Saya : (glodak.....) ya sudah mas makasih. (sambil sebel)
Petugas : Sama sama mas. (sambil meninggalkan kamar)
Petugas : Apa mas kiblat? kiblat itu apa ji?
Saya : itu lho mas, arah orang sholat.
Petugas : jadi mas keluar, kemudian belok kanan ji, jalan terus sampek ada perempatan yang ada lampunya ki, kemudian belok kanan mentok, disana ada masjid ki.
Saya : (glodak.....) ya sudah mas makasih. (sambil sebel)
Petugas : Sama sama mas. (sambil meninggalkan kamar)
Karena belum menemukan arah kiblat padahal waktu shubuh sudah semakin pendek, kemudian saya mendatangi petugas tadi. "kali ini harus berhasil," kata saya. Terjadilah percakapan lagi :
Saya : Arah Barat mana ya mas?
Petugas : Memangnya Mas nya mau kemana ji? kalau perlu saya antar ji, atau kalau tidak naik ojek ki.
Saya : (sambil menahan sabar) ndak kemana mana mas, kalau losmen ini menghadap mana sih mas?
Petugas : Oh, menghadap Utara ji.
Saya : oke mas makasih.
Petugas : Memangnya Mas nya mau kemana ji? kalau perlu saya antar ji, atau kalau tidak naik ojek ki.
Saya : (sambil menahan sabar) ndak kemana mana mas, kalau losmen ini menghadap mana sih mas?
Petugas : Oh, menghadap Utara ji.
Saya : oke mas makasih.
Buset dah, pengen sholat saya susahnya minta ampun.
Hahahaha lucu gan...
ReplyDeleteoh yah kunjungi blog saya yah http://randycomedychinno.blogspot.com/ saya punya banyak pengalaman lucu untuk di bagi2,hehehe
Begitulah Indonesia. Penuh warna dan pesona. :D
Deletehaha subhanallah dah tahu cerita kayak gitu, tapi sekarang udah ada aplikasi kiblat jadi lebih mudah
ReplyDeleteklik to see golden sunrise : Sikunir