"What an annoying thing"
One of the hardest thing when we try to make a blog or moreover our page is choosing template. What color is best for my blog, what template,how to order, and others. It need so many time, I think almost half of our time when making blog. Not satisfied, is very common in choosing template. When we see our friend's blog which has better template will encourage us to find another better template. eventough sometimes it will make our blog become trobelsome. like, Making our widget and html scrip code not work or perhaps gone. or moreover our blog become unstable or error.
And now, I have changed my blog's template. I hope it is my final template, as I say, choosing template is annoying.And I don't want to find another template. I hope I like it, and you like it. I hope this template Make me more comfortable to bloggig and make you easier to read and increase your interest reading my blog.
As usual, your comment is everything for me. Your comments give me power to write a post. Make me happy and satisfied when looking at my Blog. Your comments also give me a new idea to write a new post.
INFANTRI DAN FDK 2008
"Sebuah Fakta yang Melegakan"
Ospek sebuah kata yang dikenang, ditakuti, dinantikan, diwajibkan, dipaksakan dan diharapkan. Dikenang oleh orang orang yang sudah lama mengikuti ospek tersebut, dinantikan oleh angkatan atas (panitia Ospek) ditakuti dan dipaksakan oleh mahasiswa baru dan diharapkan peran efek dan manfaatnya oleh orang yang peduli. Pertanyaannya ada dimanakah kita. apakah kita orang yang mengharapkan ospek sebagai sesuatu yang dapat memberi faedah bagi kita semua atau justru ketakutan karena hanya menganggap Ospek adalah sejenis pembalasan kakak angkatan kepada kita.
Terlepas dari itu semua, jika aku mengenag masa masa ospek ketika masih menjadi maba dulu, ada beberapa hal yang menarik dan selayaknya patut kita pikirkan. Ketika ospek Fakultas (pada waktu itu namanya SPUTNIK 07 ==> Sarana Pengenalan Kampus Teknik). Saya merasakan walaupun ada hukuman fisik, ada perploncoan, ada teriakan2 ga jelas dari kakak angkatan tapi disana ada hal yang menarik. Panitia berusaha memberikan materi Nasionalisme dan pengatar kemahasiswaan serta Idealisme yang menurut saya penting untuk dipahami dan diamalkan oleh mahasiswa. Ada hal yang pada waktu itu membuatku kagum tentang SPUTNIK dan saya lihat hal itu masih ada di INFANTRI 08 (Inisiasi Fakultas Teknik Untuk Negeri). Yaitu sekejam dan keras apapun TATIB (yang marah2) tapi mereka masih sangat beradab dan beragama. Teriakan dan amarahnya masih dilandasi oleh Iman. Bahkan selama SPUTNIK itu tidak pernah sekalipun sholat dilaksanakan tidak berjamaah (jadi selalu berjamaah). Bayangkan di Universitas umum (bukan ISLAM) tapi masih bisa menjaga jamaah sholat sampai sejauh itu. Semua peserta muslim dan sebagian besar panitia ikut sholat berjamaah, bahkan Tatib yang habis marah2. Menurutku ini hal yang patut direnungkan dan dicontoh oleh perguruan tinggi lain (ciee...).
Bahkan pernah saya dengar di salah satu perguruan tinggi ISLAM ada OSPEK yang sangat jauh dari moral ISLAM apalagi iman. Bayangkan bila kakak angkatan menyerukan kepada mahasiswa barunya "Selamat datang di area bebas Tuhan"(kurang lebih seperti itu). Atau meneriakkan "anjingku akbar!!" Naudzubillah wes! Apakah yang kalian inginkan dari ospek itu! hAH !!!. Kekompakkan kah? perhomatkan kah? Pengenalan kah? Kesolidan kah? semua itu tidak ada nilainya dengan IMAN YANG SUDAH ANDA GADAIKAN!!
Jika tadi saya menceritakan tentang sedikit cerita ospek di Fak Teknik, sekarang saya sedikit cerita OSPEK di Teknik Elektro kemaren. Format acaranya sangat berbeda dengan Ospek Fakultas. Karena ospek Elektro (Forum Dinamika Kampus Teknik Elektro 2008) dilaksanakan outbound. Di tengah hutan, perkebunan, pantai, atau pegunungan.
Jika kita lihat dari sudut pandang Ibadah (dalam hal ini saya membicarakan sholat) tentu akan lebih sulit dilaksanakan dengan tertib (secaran on time dan berjamaah). Bayangkan jika ratusan mahasiswa baru dan panitianya yang tersebar di area yang sangat luas di alam bebas yang jauh dari tempat ibadah dengan aktifitas dan jadwal ospek yang padat, tentu membuat agar seluruh peserta dan panitia muslim melaksanakan jamaah secara on time adalah hal yang hampir mustahil (kecuali pas istirahat seperti sholat Magrib, Isya, dan Subuh).
tapi di FDK tidak mengecewakan. Walaupun kita tidak dapat melaksanakan sholat berjamaah bersama sama seluruh peserta dan panitia tapi ketika sudah memasuki waktu sholat, sebagian besar panitia (tidak peduli bagian ibadah atau yang marah marah, tidak peduli yang muslim ataupun non muslim) bersama sama mengingatkan dan mengajak untuk sholat. Mereka rela mengorbankan waktu kegiatan di pos mereka untuk sejenak mempersilahkan para peserta dan panitia yang belum sholat untuk sholat di pos mereka. Suatu kengangan yang tidak dapat saya lupakan ketika sholat Ashar di samping aliran sungai atau sholat subuh di tengah kebun Salak. Para panitia juga ada yang rela mengorbankan air minum yang dibawanya ketika ada peserta yang bingung mencari air untuk wudhu. Sebuah contoh dari kakak angkatan yang sangat baik.
Ketika saya disuruh sholat setelah saya dimarahi habis habisan.
Saya sering merasa sedih ketika kagiatan ospek semacam itu melupakan sholat. Sok jadwal padat, sok memiliki acara yang lebih penting dari sholat, sok penting! sok keren , sok sibuk, sok pokoknya SOK!. Bahkan banyak, bahkan mungkin banyak sekali ospek tidak hanya di SMP, SMA dan Perguruan TInggi yang sangat membatasi, bahkan mempersulit proses ibadah (dalam hal ini sholat). Semoga ktia bisa memperbaiki keadaan ini menjadi lebih baik.
DIMANAPUN DAN KAPANPUN ANDA JANGAN SEKALI KALI ANDA GADAIKAN IMAN ANDA.
IMAN ADALAH NIKMAT PALING MAHAL DAN BERHARGA YANG ALLAH BERIKAN PADA KITA.
Ospek sebuah kata yang dikenang, ditakuti, dinantikan, diwajibkan, dipaksakan dan diharapkan. Dikenang oleh orang orang yang sudah lama mengikuti ospek tersebut, dinantikan oleh angkatan atas (panitia Ospek) ditakuti dan dipaksakan oleh mahasiswa baru dan diharapkan peran efek dan manfaatnya oleh orang yang peduli. Pertanyaannya ada dimanakah kita. apakah kita orang yang mengharapkan ospek sebagai sesuatu yang dapat memberi faedah bagi kita semua atau justru ketakutan karena hanya menganggap Ospek adalah sejenis pembalasan kakak angkatan kepada kita.
Terlepas dari itu semua, jika aku mengenag masa masa ospek ketika masih menjadi maba dulu, ada beberapa hal yang menarik dan selayaknya patut kita pikirkan. Ketika ospek Fakultas (pada waktu itu namanya SPUTNIK 07 ==> Sarana Pengenalan Kampus Teknik). Saya merasakan walaupun ada hukuman fisik, ada perploncoan, ada teriakan2 ga jelas dari kakak angkatan tapi disana ada hal yang menarik. Panitia berusaha memberikan materi Nasionalisme dan pengatar kemahasiswaan serta Idealisme yang menurut saya penting untuk dipahami dan diamalkan oleh mahasiswa. Ada hal yang pada waktu itu membuatku kagum tentang SPUTNIK dan saya lihat hal itu masih ada di INFANTRI 08 (Inisiasi Fakultas Teknik Untuk Negeri). Yaitu sekejam dan keras apapun TATIB (yang marah2) tapi mereka masih sangat beradab dan beragama. Teriakan dan amarahnya masih dilandasi oleh Iman. Bahkan selama SPUTNIK itu tidak pernah sekalipun sholat dilaksanakan tidak berjamaah (jadi selalu berjamaah). Bayangkan di Universitas umum (bukan ISLAM) tapi masih bisa menjaga jamaah sholat sampai sejauh itu. Semua peserta muslim dan sebagian besar panitia ikut sholat berjamaah, bahkan Tatib yang habis marah2. Menurutku ini hal yang patut direnungkan dan dicontoh oleh perguruan tinggi lain (ciee...).
Bahkan pernah saya dengar di salah satu perguruan tinggi ISLAM ada OSPEK yang sangat jauh dari moral ISLAM apalagi iman. Bayangkan bila kakak angkatan menyerukan kepada mahasiswa barunya "Selamat datang di area bebas Tuhan"(kurang lebih seperti itu). Atau meneriakkan "anjingku akbar!!" Naudzubillah wes! Apakah yang kalian inginkan dari ospek itu! hAH !!!. Kekompakkan kah? perhomatkan kah? Pengenalan kah? Kesolidan kah? semua itu tidak ada nilainya dengan IMAN YANG SUDAH ANDA GADAIKAN!!
Jika tadi saya menceritakan tentang sedikit cerita ospek di Fak Teknik, sekarang saya sedikit cerita OSPEK di Teknik Elektro kemaren. Format acaranya sangat berbeda dengan Ospek Fakultas. Karena ospek Elektro (Forum Dinamika Kampus Teknik Elektro 2008) dilaksanakan outbound. Di tengah hutan, perkebunan, pantai, atau pegunungan.
Jika kita lihat dari sudut pandang Ibadah (dalam hal ini saya membicarakan sholat) tentu akan lebih sulit dilaksanakan dengan tertib (secaran on time dan berjamaah). Bayangkan jika ratusan mahasiswa baru dan panitianya yang tersebar di area yang sangat luas di alam bebas yang jauh dari tempat ibadah dengan aktifitas dan jadwal ospek yang padat, tentu membuat agar seluruh peserta dan panitia muslim melaksanakan jamaah secara on time adalah hal yang hampir mustahil (kecuali pas istirahat seperti sholat Magrib, Isya, dan Subuh).
tapi di FDK tidak mengecewakan. Walaupun kita tidak dapat melaksanakan sholat berjamaah bersama sama seluruh peserta dan panitia tapi ketika sudah memasuki waktu sholat, sebagian besar panitia (tidak peduli bagian ibadah atau yang marah marah, tidak peduli yang muslim ataupun non muslim) bersama sama mengingatkan dan mengajak untuk sholat. Mereka rela mengorbankan waktu kegiatan di pos mereka untuk sejenak mempersilahkan para peserta dan panitia yang belum sholat untuk sholat di pos mereka. Suatu kengangan yang tidak dapat saya lupakan ketika sholat Ashar di samping aliran sungai atau sholat subuh di tengah kebun Salak. Para panitia juga ada yang rela mengorbankan air minum yang dibawanya ketika ada peserta yang bingung mencari air untuk wudhu. Sebuah contoh dari kakak angkatan yang sangat baik.
Ketika saya disuruh sholat setelah saya dimarahi habis habisan.
Saya sering merasa sedih ketika kagiatan ospek semacam itu melupakan sholat. Sok jadwal padat, sok memiliki acara yang lebih penting dari sholat, sok penting! sok keren , sok sibuk, sok pokoknya SOK!. Bahkan banyak, bahkan mungkin banyak sekali ospek tidak hanya di SMP, SMA dan Perguruan TInggi yang sangat membatasi, bahkan mempersulit proses ibadah (dalam hal ini sholat). Semoga ktia bisa memperbaiki keadaan ini menjadi lebih baik.
DIMANAPUN DAN KAPANPUN ANDA JANGAN SEKALI KALI ANDA GADAIKAN IMAN ANDA.
IMAN ADALAH NIKMAT PALING MAHAL DAN BERHARGA YANG ALLAH BERIKAN PADA KITA.
how difficult writing in English
I have tried so many time to write (Articles, blog, page, letter etc) in English (avenged of course writing in Indonesian is far more). But till now, i still feel difficult even tough I have forget (don't care) about my grammatical and spelling. For me the most difficult thing when writing in English is choosing the words, how it say in English. I'm sure, not only me (of course), writing is far more difficult than understanding a sentence or more. So, I think the point is not because our vocabulary is little, but because we not familiar or seldom to use our vocabulary.
And so, of course writing in English is need more time, for me writing one paragraph in English perhaps is equal to writing an articles or a page in Indonesian.
"We need to practice" that's the point.
One of my lecture, and I think his English is excellent (my opinion, because he have high score in "Word challenge "kind of word game in Facebook.com and also he have many international abroad experience) also have difficulties on writing in English. When I read his English blog, His English blog has sorter articles than his Indonesian blog.
This fact is encouraging me to write in English, At least giving me hope, that if I tried and taking more practice, I will be better, and I haven't late.
But now, when writing this blog, I still don't have enough confidence to write some controversial issue in English. I don't want to make the others miss understand about my opinion to some issue or thing that I have written.
I hope this will be useful for us, at least for me. thanks for your reading, and I waiting to your comment.
And so, of course writing in English is need more time, for me writing one paragraph in English perhaps is equal to writing an articles or a page in Indonesian.
"We need to practice" that's the point.
One of my lecture, and I think his English is excellent (my opinion, because he have high score in "Word challenge "kind of word game in Facebook.com and also he have many international abroad experience) also have difficulties on writing in English. When I read his English blog, His English blog has sorter articles than his Indonesian blog.
This fact is encouraging me to write in English, At least giving me hope, that if I tried and taking more practice, I will be better, and I haven't late.
But now, when writing this blog, I still don't have enough confidence to write some controversial issue in English. I don't want to make the others miss understand about my opinion to some issue or thing that I have written.
I hope this will be useful for us, at least for me. thanks for your reading, and I waiting to your comment.
akhirnya aku nonton Laskar Pelangi
Kemarin (14Okt08) akhirnya aku nonton Laskar Pelangi dengan teman teman kost. Tidak Mudah memang untuk mendapatkan tiket nonton Laskar Pelangi di Jogja. Mengingat di Jogja hanya terdapat 1 bioskop 21. Bahkan Teman kostku mengantri di pagi harinya untuk mendapatkan tiket itu. Tidak mudah sekali lagi ku katakan, padahal dia sudah datang beberapa menit sebelum 21 dibuka, tetapi ketika dia datang ternyata antrian untuk membeli tiket itu panjangnya bukan maen, bahkan katanya sudah sampai ke luar pintu masuk 21 di AmPlas.
Ngeri juga ya... padahal ini sudah hari keberapa, kalau tidak salah laskar pelangi tayang perdana di tanggal 25 Sep, sudah hampir 3 Minggu tapi antrian masih sepanjang itu. Bahkan temenku itu tidak boleh membeli tiket lebih dari 5 buah. Bahkan katanya, mungkin jika setelah dia membeli tiket terus mengulang mengantri lagi tiket nonton Laskar Pelangi untuk hari itu sudah habis.
Kata teman temanku yang sudah nonton sih, katanya Laskar Pelangi ini tidak terlalu mengecewakan. tidak seperti Ayat Ayat Cinta yang merubah novel Islami menjadi Film sok Islami.
Ketika aku menonton Laskar Pelagi ya memang film ini tidak mengecewakan. Menurutku suatu prestasi bisa mem-visualisasikan suatu novel setebal itu menjadi film berdurasi kurang dari 2 jam. Tanpa menghilangkan beberapa esensi utama dari Novel itu.
Walau Bu Mus dan Sahara "dipaksa" melepas Jilbab di beberapa adegan. tapi selain hal itu, film ini dapat saya katakan mewakili novel aslinya. bahkan menurutku memperbaiki salah satu kekurangan Novel Laskar Pelangi yaitu tokoh Lintang tidak dibuat se Cerdas di Novel. Kalau di Novel nampaknya mustahil seorang anak SD miskin bisa memahami berbagai teori Fisika dan Matematika tingkat Universitas. bagaimana dia bisa mendapatkan reverensinya, apalagi bagaimana dia memahaminya. Apalagi jika dia juga menguasai Biologi dan Ilmu Sosial tingkat universitas, itu semakin mustahil lagi.
Da satu lagi kelebihan film ini dari pada Novelnya. Sebenarnya bukan kelebihan sih, tapi tambahan tambahan sepele yang ditambahkan di film ini dapat saya katakan lumayan bermakna. Misalnya di ending film yang mereka se kelas menyanyikan lagu Rukun Iman. Rukun Iman sebuah konsep mendasar dan utama dari keImanan seorang muslim. Dinyanyikan di sebuah film fenomental yang ditonton oleh jutaan penduduk Indonesia bahkan mungkin DUNIA.!!!
Dan komentar terahir, Begitu luar biasanya antusias kita, para pemuda rela mengantri sekian lama dan membayar sekian besar hanya untuk menonton sebuah film.
Kapan ya kita bisa ngantri untuk membeli tiket masuk mendengar kajian syar'i, atau ngantri utuk bershodaqoh, membayar Zakat, untuk berJihad di jalan Allah.
Walau sekarang di Indonesia sudah pada ngantri untuk naik haji, karena sangat terbatasnya kuota haji bagi bangsa ini (bahkan mereka menunggu sampai bertahun tahun=).
Jomlo vs Pacaran (bag1)
Mencoba membahas secara teoritis, praktis, akademis dan agamis
Disaat sebagian besar pelajar atau bisa dibilang pemuda melaksanakan "ritual" "aktifitas" pacaran, atau kalau tidak ya.... berharap untuk pacaran. Ternyata tidak sedikit pula pelajar atau pemuda yang menjaga "keperjakaanya" dengan men-jomlo (baca: tidak pacaran).
Diluar dari pembahasan laku atau tidak laku, mampu atau tidak mampu pacaran, para aktifis jomlo ini memiliki segudang alasan untuk tidak berpacaran.
"Bukan Muhrim men!"
Nah... ni Jawaban yang paling keren. Ga pacaran karena takut dosa. Untuk menjaga diri. Sebagai seorang muslim. tentu mengguanakan alasan ini untuk tidak berpacaran sangatlah wajar. Ketika kita mendengar kajian kajian di masjid masjid, atau membaca buletin buletin Islam, kita sudah sangat sering dan paham bahwa kita tidak boleh melihat (dengan nafsu) apalagi pegang2an apalagi tu**uut(yang ini disensor =) dengan orang yang bukan muhrim kita.
Tapi seperti judul di awal bahwa disini saya akan mencoba membahas secara teoritis, praktis, akademis dan agamis.
Ok deh kita sepakat bahwa kita harus menjaga mata hati tangan dan pikiran dari yang bukan muhrim. tp dengan kita tidak berpacaran apakah kita sudah mampu menghilangkan variabel2 itu, minimal mereduksinya, atau justru dengan tidak berpacaran semakin besar peluang kita untuk melihat (dengan nafsu) apalagi pegang2an apalagi tu**uut(yang ini disensor =) dengan orang yang bukan muhrim kita*.
Bila dahulu (waktu SMA) aku yakin bahwa rata2 orang yang berpacaran kecenderungan untuk melakukan hal tersebut lebih besar. Ternyata hal itu sangat relatif dengan orangnya. Sekarang aku punya teman yang bisa dibilang cukup agamis, dan sangat akademis, yang melaksanakan ritual pacaran itu.
Tapi hal ini (menurut dia) justru membuatnya lebih menjaga diri (katanya sih). Karena dengan dia punya pacar dan punya ikatan kesetiaan dengan pasanganya membuatnya berkurang bahkan tidak memikirkan gadis lain. Nah.... jk hal ini benar dan berhasil maka justru berpacaran mampu mengurangi (dalam hal ini saya tidak mengatakan menghilangkan) zina hati.
Menurutnya juga dengan berpacaran juga bisa mengurangi Zina mata,==> sekali lagi karena sebuah konsep kesetiaan dia menjaga matanya untuk tidak melihat cewek lain, yah setidaknya meminimalisir dan menjaga agar tidak melihat disertai nafsu.
Jika inget SMA saya juga punya teman yang memiliki cara berpacaran yang menurutku menarik. Dia tipe cowok yang setia, emmmm menurutku (sepengetahuanku) terlalu setia. Saking menjaga kesetiaanya, dia tidak mau bersalaman bukan muhrim kecuali dengan ceweknya ntu. Hemmm aku masih ingat syawal 2 tahun lalu ketika dia syawalan ke kelas kelas tanpa bersalaman dengan cewek bukan muhrim tetapi tetap fine bila ma ceweknya. Nah bukannya bila seperti ini pacaran justru meminimalisir kontak dengan yang bukan muhrim, walaupun tetap sangat relatif dengan personal sih.
Nah saya juga dapat kabar, saat ini pasangan temen SMA ku ini kan melanjutkan study(baca: kuliah) dikota yang berbeda, bahkan lumayan jauh (sekitar Bantul-Solo lah). Tapi si Cowok ini tetap rajin main ke si cewek setidaknya beberapa minggu sekali. Bayangkan men di sela2 kuliahnya dia masih ngurus rumah tangganya (ha3..) agak ga logis memang.
bersambung
Disaat sebagian besar pelajar atau bisa dibilang pemuda melaksanakan "ritual" "aktifitas" pacaran, atau kalau tidak ya.... berharap untuk pacaran. Ternyata tidak sedikit pula pelajar atau pemuda yang menjaga "keperjakaanya" dengan men-jomlo (baca: tidak pacaran).
Diluar dari pembahasan laku atau tidak laku, mampu atau tidak mampu pacaran, para aktifis jomlo ini memiliki segudang alasan untuk tidak berpacaran.
"Bukan Muhrim men!"
Nah... ni Jawaban yang paling keren. Ga pacaran karena takut dosa. Untuk menjaga diri. Sebagai seorang muslim. tentu mengguanakan alasan ini untuk tidak berpacaran sangatlah wajar. Ketika kita mendengar kajian kajian di masjid masjid, atau membaca buletin buletin Islam, kita sudah sangat sering dan paham bahwa kita tidak boleh melihat (dengan nafsu) apalagi pegang2an apalagi tu**uut(yang ini disensor =) dengan orang yang bukan muhrim kita.
Tapi seperti judul di awal bahwa disini saya akan mencoba membahas secara teoritis, praktis, akademis dan agamis.
Ok deh kita sepakat bahwa kita harus menjaga mata hati tangan dan pikiran dari yang bukan muhrim. tp dengan kita tidak berpacaran apakah kita sudah mampu menghilangkan variabel2 itu, minimal mereduksinya, atau justru dengan tidak berpacaran semakin besar peluang kita untuk melihat (dengan nafsu) apalagi pegang2an apalagi tu**uut(yang ini disensor =) dengan orang yang bukan muhrim kita*.
Bila dahulu (waktu SMA) aku yakin bahwa rata2 orang yang berpacaran kecenderungan untuk melakukan hal tersebut lebih besar. Ternyata hal itu sangat relatif dengan orangnya. Sekarang aku punya teman yang bisa dibilang cukup agamis, dan sangat akademis, yang melaksanakan ritual pacaran itu.
Tapi hal ini (menurut dia) justru membuatnya lebih menjaga diri (katanya sih). Karena dengan dia punya pacar dan punya ikatan kesetiaan dengan pasanganya membuatnya berkurang bahkan tidak memikirkan gadis lain. Nah.... jk hal ini benar dan berhasil maka justru berpacaran mampu mengurangi (dalam hal ini saya tidak mengatakan menghilangkan) zina hati.
Menurutnya juga dengan berpacaran juga bisa mengurangi Zina mata,==> sekali lagi karena sebuah konsep kesetiaan dia menjaga matanya untuk tidak melihat cewek lain, yah setidaknya meminimalisir dan menjaga agar tidak melihat disertai nafsu.
Jika inget SMA saya juga punya teman yang memiliki cara berpacaran yang menurutku menarik. Dia tipe cowok yang setia, emmmm menurutku (sepengetahuanku) terlalu setia. Saking menjaga kesetiaanya, dia tidak mau bersalaman bukan muhrim kecuali dengan ceweknya ntu. Hemmm aku masih ingat syawal 2 tahun lalu ketika dia syawalan ke kelas kelas tanpa bersalaman dengan cewek bukan muhrim tetapi tetap fine bila ma ceweknya. Nah bukannya bila seperti ini pacaran justru meminimalisir kontak dengan yang bukan muhrim, walaupun tetap sangat relatif dengan personal sih.
Nah saya juga dapat kabar, saat ini pasangan temen SMA ku ini kan melanjutkan study(baca: kuliah) dikota yang berbeda, bahkan lumayan jauh (sekitar Bantul-Solo lah). Tapi si Cowok ini tetap rajin main ke si cewek setidaknya beberapa minggu sekali. Bayangkan men di sela2 kuliahnya dia masih ngurus rumah tangganya (ha3..) agak ga logis memang.
bersambung
Buat Apa sih Kita Belajar ini....
"Buat Apa sih Kita Belajar ini...."
pertanyaan sok pintar ataukah sebuah pelarian
Sebagai pelajar tentu kita sering mendengar pertanyaan ini. Atau bahkan kita sendiri yang menanyakannya. Sebatas gurauan atau bahkan pertanyaan serius yang kita tanyakan ke guru kita.
Ketika masih SMA tepatnya di awal kelas 2 Ipa ku ada salah satu mata pelajaran yang aku benci dan aku harap aku dapat sesegera mungkin pergi darinya. Dan di awal kelas IPAku itu aku sangat berharap tidak menemui pelajaran itu lagi.
Sejarah.... sebuah pelajaran yang menurutku waktu itu hanya penuh hafalan yang membatasi daya fikir otak (tdk ada logika yang berarti). Yang menurutku tidak perlu dipelajari oleh anak IPA atau akan mengurangi jam pelajaran SAINS yang lebih kami perlukan sebagai anak IPA. Aku yakin, gara gara mata Pelajaran ga penting ini waktu itu jam pelajaran SAINS ku ada yang dipotong. Atau sebenarnya perasaan itu muncul karena ketakutanku akan ribuan hafalan yang harus kami hafalkan untuk lulus mata pelajaran ini.
Kekesalanku keterlaluan memang, bahkan di pertemuan pertama pelajaran Sejarah, bahkan aku masih ingat waktu itu hari Selasa pagi kutanyakan sebuah pertanyaan menyakitkan di akhir jam pelajaran kepada guruku.
"Pak, mengapa kita perlu mempelajari sejarah ?", sebuah pertanyaan luapan kekesalan yang aku tanyakan waktu itu. Aku tidak begitu ingat bagaimana jawaban guruku setealah beliau mendengar pertanyaanku, karena buatku utuk apa aku mengingat sesuatu yang tidak penting, pada waktu itu jawaban guruku tidak lah penting, Seingatku beliau juga menjawab seadanya dan tidak memberikan cukup argumen yang kuat untuk memaksa kami mempelajari mata pelajaran penuh hafalan ini. Dan yang penting aku ingin menunjukkan bahwa aku masuk kelas SAINS karena tidak ingin mempelajari Sejarah, Ekonomi, Sosiologi dKK.
"Buat Apa sih Kita Belajar ini...."
Sampai sekarang pertanyaan ini masih sering kutanyakan, setidaknya kepada diri sendiri. Bahkan ketika kuliah ini hal ini masih terjadi.
Ketika ambil mata kuliah Matematika Teknik dan Matematika Elektro kembali kutanyakan, buat apa kita mahasiswa teknik Elektro mempelajari integral tumpuk tumpuk, trigono ga jelas, bil kompeleks, bil natural, deret yang bahkan diucapkan saja susah.
Bahkan saat ini ketika mengambil mata kuliah Isyarat dan Sistem (SIgnal and System) pertanyaan itu pelan tapi pasti kembali mengalir pada urat nadiku, buat apa deret dan transformasi dengan integral panjang dan ga jelas ini harus ku pelajari, mempresentasikan gelombang ga jelas menjadi sederet persamaan yang semakin ga jelas. Katanya aku mahasiswa Teknik Elektro (teknik lo), tapi kok sampai taun ke dua aku harus berhadapan dengan integral ga jelas lagi.. =(
Terkadang malah membubuhkan argumen "Buat apa kita belajar bila kita tidak bisa memanfaatkanya.?"
"Dengan aku memahami manfaatnya aku akan lebih semangat belajar"
Hemmm terdengar keren memang pertanyaan ntu, pertanyaan pintar ataukah sebuah pelarian. Jika pertanyaan itu aku tanyakan pada diri sendiri, jelas aku tak mampu mejawabnya, jika kutanyakan pada orang sekitarku (teman, kakak kelas, ortu, guru/dosen) kemungkinan besar mereka juga tak mampu menjawabnya, atau mereka sebenarnya mampu menjawab tapi susah kupahami karena ego-ku yang sudah terlalu besar, atau bahkan sebenarnya mereka merasa tak perlu menjawab ini karena ketika aku bertanya tanya akan membuatku mencari tau dan itu akan membuatku semakin tau. Entahlah
Yang aku tau, selama ini pertanyaan itu tidak terlalu membatu belajarku, tidak juga membuatku semakin tau kecuali sedikit, membuatku membuang buang waktu dan berlari dari kenyataan itu yang pasti. Pertanyaan yang berat untuk dijawab sehingga perlu energi besar untuk menjawabnya bahkan sampai aku kehilangan energi untuk melaksanakan substansi dari pertanyaanku yaitu sebagai motivasi belajar.
Tidak salah memang menanyakan hal itu ke diri sendiri paling tidak, tetapi akan menjadi kurang tepat atau bahkan salah jika kita terlalu menyibukkan diri dengan pertanyaan sampai lupa subsatansi dari pertanyaan kita, yaitu sebagai motivasi belajar, dan agar kita tau.
Alangkah baiknya bila kita tetap mempelajari dengan semangat walaupun saat ini kita belum paham untuk apa hal ini kita pelajari, insyaAllah ketika mahir dengan apa yang telah kita pelajari itu, kita akan mudah memahami utuk apa kita mempelajarinya.
Ingat sebagai pelajar tugas utama kita bukan mencari tau manfaat ilmu, walau itu tidak salah, tetapi tugas kita adalah belajar (pelajar==> orang yang belajar)
Pelajaran apapun itu, ilmu apapun itu, bidang apapun itu, semoga kita termasuk golongan orang orang yang berilmu dalam lagi luas dan sekaligus mampu memanfaatkanya.
Mudik... Why
When, I was in Kediri... I think mudik was useless. We spent much money, time, got traffic jam on the road, waiting so many time for a ticket, standing on the bus.And when we have came to our hometown we met our family and other.We JUST did silaturahmi* with other and saying "Minal Aidin Wal Faidzin".OK All of us have agree that Silaturahmi is part of syariat Islam*, But have Rasulullah teach Us that we must doing this after Ramadhan, Or Had ever Rasulullah's Friends (actually I don't know how to say Sahabat Rosul in English) doing it after Ramadhan, coming from far away (Mudik) to meet with their family just to silaturahmi. As far as I know Rasulullah's Friends just feel sad because have beenleaved by Ramadhan.
And In other Islamic country we will also can't find moslem doing this after Ramadhan.
But why Indonesian do Mudik!!!!
Now when I live far with my family and hometown. Seldom for me to go to my hometown, and when I am there, I can't meet all of them. because when I got free time and able to home, several of my family who live (work or study) in far city don't. So Silaturahmi is very difficult to do unless after Ramadhan or we call Idul Fitri. Because almost every of us have free time and able to home and meet. It make us easy to do silaturahmi, now I think silaturahmi is important.
* I don't know how to translate. I think we don't need to translate it, because It have very special meaning.
Buka Bersama
Buka Bersama dan cerita yang patut direnungkan.
Ramadhan ini semakin rame dengan buka bersama.Sejak di Jogja sampai ketika sudah balik ke Kediri. Ketika di Kediri da suatu waktu dimana ada dua undangan buka bersama yang bersamaan. Antara buka buasa PIA SMAST (Paguyupan Ikhwah Alumni SMAN 1) dan Buka puasa alumni SMP 1 Kediri(my junior high school class).
Awalnya sih aku bingung pilih yang mana, akhirnya dengan agak berat aku putuskan lebih memilih teman teman SMP (afwan ya Ikhwan...!). Dengan alasan, ukhuwah yang terputus antara aku dan sebagian besar teman teman SMPq itu. Sedangkan dengan teman teman Ikhwah SMAN 1 Kediri alhamdulillah ukhuwah masih jalan, milis PIA juga semakin ramai. Jadi InsyaAllah walaupun aku tidak datang ukhuwah masih OK.
Ketika hari itu tiba, aku mendatangi rumah salah satu temanku tempat kita janjian. Kafir sih, tapi ndak apa lah meski agak terpaksa. Padahal waktu itu aku sudah telat hampir 1/2 jam tapi kok masih sepi.... dimana yang lain. Ternyata mereka SANGAT TELAT, bahkan ada yang datang hampir isya' (Hampir Isya bung... padahal ini janjian buat buka bersama, Keren kan).
Tapi hal itu sih bukanlah kekecewaanku yang utama, Da kekecewaan yang jauh lebih dalam, dari 20an temanku yang datang itu yang kulihat shalat Magrib cuman 4 itupun termasuk aku. Pueh kok koncoku parah tenan ngene. Sholat Maghrib Bung....! jika bukan sekarang kapan lagi, Maghrib tu waktunya kurang dari 1 jam! Ngeri tenan.
Ternyata banyak banget ummat ini yang terbiasa tidak sholat. Bayangkan bung..! tidak sholat.
Sungguh kondisi yang mungkin tidak terbayangkan oleh sebagian aktifis dakwah.Ketika di kampus yang aku lihat para aktifis dari berbagai harokah menyerukan suatu konsep dakwah dan urgensinya. Atau konsep tauhid dan konsekuensinya, Hancurkan Bid'ah Tegakkan Sunnah, Konsep Syariat Islam, Konsep Khilafah Global atau bahkan Partai Dakwah. Sebuah kalimat yang pasti sering kita (aktifis kampus) dengar. Tetapi bagaimana dengan puluhan juta ummat Islam yang belum sholat 5 waktu, apalagi menegakkanya. Kuharap kita juga tidak melupakannya yah minimal memikirkan apa yang bisa kita lakuan untuk mereka (ingat... memikirkan tu adalah hal MINIMAL). Ternyata mereka yang tidak sholat itu ada disamping kita...... itu permasalahan berat yang harus kita pikirkan, di samping kita, teman kita, saudara kita, atau bahkan sedang duduk di samping kita saat ini,
Ramadhan ini semakin rame dengan buka bersama.Sejak di Jogja sampai ketika sudah balik ke Kediri. Ketika di Kediri da suatu waktu dimana ada dua undangan buka bersama yang bersamaan. Antara buka buasa PIA SMAST (Paguyupan Ikhwah Alumni SMAN 1) dan Buka puasa alumni SMP 1 Kediri(my junior high school class).
Awalnya sih aku bingung pilih yang mana, akhirnya dengan agak berat aku putuskan lebih memilih teman teman SMP (afwan ya Ikhwan...!). Dengan alasan, ukhuwah yang terputus antara aku dan sebagian besar teman teman SMPq itu. Sedangkan dengan teman teman Ikhwah SMAN 1 Kediri alhamdulillah ukhuwah masih jalan, milis PIA juga semakin ramai. Jadi InsyaAllah walaupun aku tidak datang ukhuwah masih OK.
Ketika hari itu tiba, aku mendatangi rumah salah satu temanku tempat kita janjian. Kafir sih, tapi ndak apa lah meski agak terpaksa. Padahal waktu itu aku sudah telat hampir 1/2 jam tapi kok masih sepi.... dimana yang lain. Ternyata mereka SANGAT TELAT, bahkan ada yang datang hampir isya' (Hampir Isya bung... padahal ini janjian buat buka bersama, Keren kan).
Tapi hal itu sih bukanlah kekecewaanku yang utama, Da kekecewaan yang jauh lebih dalam, dari 20an temanku yang datang itu yang kulihat shalat Magrib cuman 4 itupun termasuk aku. Pueh kok koncoku parah tenan ngene. Sholat Maghrib Bung....! jika bukan sekarang kapan lagi, Maghrib tu waktunya kurang dari 1 jam! Ngeri tenan.
Ternyata banyak banget ummat ini yang terbiasa tidak sholat. Bayangkan bung..! tidak sholat.
Sungguh kondisi yang mungkin tidak terbayangkan oleh sebagian aktifis dakwah.Ketika di kampus yang aku lihat para aktifis dari berbagai harokah menyerukan suatu konsep dakwah dan urgensinya. Atau konsep tauhid dan konsekuensinya, Hancurkan Bid'ah Tegakkan Sunnah, Konsep Syariat Islam, Konsep Khilafah Global atau bahkan Partai Dakwah. Sebuah kalimat yang pasti sering kita (aktifis kampus) dengar. Tetapi bagaimana dengan puluhan juta ummat Islam yang belum sholat 5 waktu, apalagi menegakkanya. Kuharap kita juga tidak melupakannya yah minimal memikirkan apa yang bisa kita lakuan untuk mereka (ingat... memikirkan tu adalah hal MINIMAL). Ternyata mereka yang tidak sholat itu ada disamping kita...... itu permasalahan berat yang harus kita pikirkan, di samping kita, teman kita, saudara kita, atau bahkan sedang duduk di samping kita saat ini,
(Download) LASKAR PELANGI
Hemmm Laskar Pelangi sebuah novel best seller apik nan menarik hasil karya Andrea Hirata yang pasti sudah terbiasa terdegar di telinga kita. Yah, apalagi novel ni sudah di-filemkan, pasti jadi semakin terkenal. Ngomong ngomong soal novel yang difilemkan. Jika dilihat novel best seller sebelumnya yang di-filmkan "Ayat Ayat Cinta" sebagian besar dari kita mngkin menyatakan. Film-nya kok jelek, atau udah dirubah menghilangkan esensi lagi, tidak islami (Menjawab salam dari orang kafir, nikahin orang kafir sebelum dia masuk islam, dll ), dan lain sebagainya.
Repot tuh orang yang belum baca Novelnya trus kasih komentar Novel ni hanya dengan melihat Filmnya. "Novel kayak gitu kok dibilang Islami", wah yang kayak gini yang ga bener. yang bikin sakit ati
Nah bagi temen temen yang mumpung belum nonton Film Laskar Pelangi, dari pada terjadi hal yang tidak diinginkan (ternyata FIlm nya jelek trus kasih komentar2 jelek tentang Novelnya hanya karena liat FIlm-nya) mendingan download saja Novel digital pdf bajakan laskar pelangi
Ga bener sih, tapi entar klo dah kaya trus banyak duit beli buku aslinya yo =).
Subscribe to:
Posts (Atom)
Powered by Blogger.
Mutiara Hikmah
Yang Sedang Banyak Dibaca
-
(Sebuah analisis bahasa tanpa literatur yang jelas dan sangat subjektif) Artinya sama kan? iya, emang semua kata tersebut bermanka sama, k...
-
Curhat tukang listrik bagian 2 " Sedikit menjelaskan tentang biaya pasang baru listrik " Di suatu siang di salah satu k...
-
foto dari republika.co.id Kita tidak akan bahagia karena keinginan kita, namun kita bahagia karena rasa syukur kita (Aa Gym) Dulu di...
-
I have tried so many time to write (Articles, blog, page, letter etc) in English (avenged of course writing in Indonesian is far more). But ...
-
Menjadi Musafir di Pulau Sulawesi Bagian 1 Dalam rangka memenuhi kewajiban sebagai abdi negara membuatku harus mendamparkan diri di salah...